Senin, 03 Mei 2010

Bingkisan Inspirasi untuk Pewaris Kartini


Siapa yang tidak mengenal sosok R.A. Kartini yang sudah memperjuangkan kaumnya dari diskriminasi yang membudaya pada jamannya sampah titik darah penghabisan. Beliau hidup sekitar 25 tahun dari tahun 1879-1904, telah banyak menorehkan garis perjuangan yang sangat bernilai, karena mampu memperjuangkan wanita Indonesia di jamannya untuk tetap bisa bersekolah meraih ilmu. Tanpa sosok wanita yang satu ini, apalah arti kaum hawa pada saat ini untuk bisa terus berkarya dalam setiap bidang yang diminatinya. Perjuangan akhir yang manis dari seorang Kartini patut kita syukuri sebagai penyemangat bagi Kartini-Kartini yang hidup di jaman berera teknologi saat ini untuk terus menghasilkan kreatifitas yang bisa membawa kemampuan wanita Indonesia supaya tidak bisa di pandang lagi oleh sebelah mata oleh pihak-pihak tertentu.

Membahas kemampuan wanita di Indonesia masih terantuk oleh masalah gender. Mengutip Menteri Pemberdayaan Wanita Prof. DR. Meutia Hatta dalam situs: targetmgds.org menyebutkan bahwa: “permasalahan gender yang dihadapi sampai saat ini adalah masih rendahnya kualitas hidup perempuan dan masih adanya kesenjangan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain dapat dilihat dari masih rendahnya peringkat Gender-related Development Index (GDI) Indonesia yang diukur dari variabel angka harapan hidup, angka melek huruf, angka partisipasi sekolah dan GDP riil per-kapita antara laki-laki dan perempuan”.

Menanggapi masalah genderitas yang diungkapkan oleh Mutia Hatta di atas, tidak akan pernah selesai karena istilah gender sendiri yang belum sepenuhnya dimengerti oleh sebagian masyarakat. Gender dalam artian tidak sepenuhnya kemampuan wanita dalam berkarya disetarakan dengan kaum adam. Karena bagaimanapun, wanita mempunyai keterbatasan alamiah yang diangurahkan Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat.
Bercermin pada amandemen UUD 1945 pasal 28b-28i serta UU Nomor 39 tahun 1999 tentang hak azasi manusia, bahwa setiap warga negara Indonesia baik perempuan maupun laki-laki mempunyai hak dasar untuk kebebasan berpendapat, tentunya dengan tidak sampai mengganggu hak orang lain. Bicara mengenai hak berpendapat, wanita di era sekarang bebas mengekspresikan karya yang dimiliki dengan batas-batas yang masih wajar dengan memperhatikan norma agama, adat istiadat dan kesopanan.

Dalam mengekspresikan karya yang dimiliki tersebut, tentunya harus mempunyai inspirasi originilitas dan kreatifitas yang berkualitas yang harus dikuasai oleh pewaris Kartini saat ini. Sehingga pencitraan, kemampuan dan pencapaian ilmu bisa mempunyai nilai daya saing. Kualitas inspirasi untuk kita sebagai pewaris Kartini tersebut harus di dukung oleh beberapa kekuatan.

Kekuatan yang pertama, sosok pewaris Kartini harus mampu menguasai teknologi. Karena teknologi saat ini merupakan ruang utama pembuka jalan menuju dunia global. Dengan teknologi juga menjadikan komunikasi dunia menjadi tanpa batas, sehingga memicu kita para Kartini Indonesia mampu bersahabat dengan teknologi. Apalagi sebagai tenaga pendidik, saat ini masih tercacat melek teknologi yang cukup memprihatinkan, khususnya tenaga pendidik di pelosok daerah. Tidaklah menutup kemungkinan Menteri Pendidikan harus menggalakkan progam pelatihan belajar mengajar berbasis teknologi. Kekuatan yang kedua, mempunyai keterampilan berbahasa asing. Bicara tentang penguasaan bahasa asing tidak kalah penting dengan teknologi. Pengibaratan teknologi sebagai ruangannya sedangkan bahasa merupakan pintu menuju dunia global. Pewaris Kartini saat ini harus terus berjuang meningkatkan kemampuan berbahasa asing yang masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara lain. Kekuatan yang ketiga, menguasai salah satu teknik bela diri. Sejatinya penguasaan bela diri bukanlah mencabut jiwa feminin, melainkan untuk mempersiapkan sesuatu yang terjadi di luar kehendak kita untuk menjaga kehormatan wanita dari kejahatan seksual. Kekuatan yang keempat, mampu menguasai teknik mengemudikan kendaraan, baik kendaraan beroda dua maupun roda empat. Hal ini memang disadari secara langsung dapat menunjang mobilitas aktivitas dan akses kita sebagai wanita menjadi lebih cepat. Sehingga rasa ketergantungan mengandalkan pihak tertentu dapat diminimalisir. Kekuatan yang kelima, menjaga pola hidup sehat. Hal ini sangat berkaitan sekali dengan pola makan yang sehat guna menunjang stamina prima untuk bisa eksis berkarya. Menjaga pola hidup sehat juga mencerminkan inner beauty kita sebagai kaum hawa, terlebih lagi dengan sehat jasmani dan rohani dapat menunjang keberlangsungan mentrasfer ilmu sebagai pendidik kepada anak-anak generasi harapan bangsa lebih berkualitas.
Dari kekuatan yang dikupas di atas, di pandang dari sudut penulis sebagai tenaga pendidik, tidaklah mungkin di capai oleh pewaris Kartini apabila kita tidak mempunyai rasa tangguh yang tinggi untuk terus bergerak, berjuang, belajar dan mengajarkan ilmu yang didapat, apapun profesi yang digeluti. Lahirnya Kartini tidak hanya sekedar dirayakan, akan tetapi pesan dan perjuangan Kartini yang harus kita teruskan. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pewaris Kartini yang belum mempunyai kekuatan meneruskan perjuangan Kartini. Amiin


dengan penuh rasa syukur,,,, tulisan ini Alhamdulillah di muat di Harian Pikiran Rakyat edisi 19 April 2010 di Forum Guru. Thank's Allah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar